Bahan tambahan makanan (food additives) adalah
senyawa atau campuran senyawa kimia yang sengaja ditambahkan ke dalam
makanan (non bahan tambahan makanan) namun oleh masyarakat dijadikan
bahan tambahan makanan. Dan ini merupakan salah satu masalah mental
masyarakat.
Formalin
Formalin adalah nama dagang formaldehida yang
dilarutkan dalam air dengan kadar 36 – 40 %. Formalin biasa juga
mengandung alkohol 10 – 15 % yang berfungsi sebagai stabilator supaya
formaldehidnya tidak mengalami polimerisasi.
Formaldehida pada makanan dapat menyebabkan keracunan
pada tubuh manusia, dengan gejala : sakit perut akut disertai
muntah-muntah, mencret berdarah, depresi susunan syaraf dan gangguan
peredaran darah. Injeksi formalin (suntikan) dengan dosis 100 gram dapat
menyebabkan kematian dalam waktu 3 jam.
Tahu merupakan produk pangan yang sering direndam
formalin. Tahu yang tidak direndam formalin hanya bertahan 1 – 2 hari
saja kemudian berlendir. Sedangkan yang direndam formalin akan bertahan 4
– 5 hari bahkan bisa sampai 1 bulan dalam kadar tertentu.
Boraks
Boraks berasal dari bahasa Arab yaitu Bouraq.
Merupakan kristal lunak lunak yang mengandung unsur boron, berwarna dan
mudah larut dalam air.
Boraks merupakan garam Natrium Na2 B4O7 10H2O yang
banyak digunakan dalam berbagai industri non pangan khususnya industri
kertas, gelas, pengawet kayu, dan keramik. Gelas pyrex yang terkenal
dibuat dengan campuran boraks.
Boraks sejak lama telah digunakan masyarakat untuk
pembuatan gendar nasi, kerupuk gendar, atau kerupuk puli yang secara
tradisional di Jawa disebut “Karak” atau “Lempeng”. Disamping itu boraks
digunakan untuk industri makanan seperti dalam pembuatan mie basah,
lontong, ketupat, bakso bahkan dalam pembuatan kecap.
Mengkonsumsi boraks dalam makanan tidak secara
langsung berakibat buruk, namun sifatnya terakumulasi (tertimbun)
sedikit-demi sedikit dalam organ hati, otak dan testis. Boraks tidak
hanya diserap melalui pencernaan namun juga dapat diserap melalui kulit.
Boraks yang terserap dalam tubuh dalam jumlah kecil akan dikelurkan
melalui air kemih dan tinja, serta sangat sedikit melalui keringat.
Boraks bukan hanya menganggu enzim-enzim metabolisme tetapi juga
menganggu alat reproduksi pria.
Boraks yang dikonsumsi cukup tinggi dapat menyebabkan
gejala pusing, muntah, mencret, kejang perut, kerusakan ginjal, hilang
nafsu makan.
Boraks dalam bakso
Pemakaian boraks untuk memperbaiki mutu bakso sebagai
pengawet telah diteliti pada tahun 1993. Di DKI Jakarta ditemukan 26%
bakso mengandung boraks baik di swalayan, pasar tradisional dan pedagang
makanan jajanan. Pada pedagang bakso dorongan ditemukan 7 dari 13
pedagang menggunakan boraks dengan kandungan boraks antara 0,01 – 0,6 %
Selain itu digunakan tawas yang dilarutkan dalam 2
gram/liter air tersebut digunakan untuk merebus bakso untuk mengeringkan
dan mengeraskan permukaan bakso. Beberapa pengolah bakso menggunakan
TiO2 yaitu zat kimia yang disebut Titanium dioksida untuk menghindari
warna bakso yang gelap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar